Review: DROWNING LOVE | 2016
Genre: romance, school
Awal aku nonton, aku benar-benar dibuat ng-ship dengan film ini. Pembuka filmnya bagus sekali menurutku. Karakter Koh dan Natsume benar-benar memiliki chemistry kuat. Koh-nya ini tipe yang agak tsundere, jika dipasangkan couple ini istimewa sekali! Aku paling suka pada pertemuan pertama mereka, di mana Natsume sampai agak jatuh dan Koh menatapnya dari atas. Banyak adegan tenggelam yang cukup menyenangkan dan unik. Jadi cerita film ini berbeda daripada umumnya.
Kalau menonton ini, kalian akan menemukan banyak scene kejar-kejaran. Ekspetasiku menonton ini terpenuhi semua, gaya roman negara Jepangnya dapat khusus anak sekolah. Benar-benar pemeran lelaki-nya cool. Di sini si Natsume juga terlihat tidak membosankan dengan perannya diceritakan sebagai model. Sebetulnya film ini bukan perihal cinta segitiga secara total. Tapi kehadiran Otomo dalam hubungan Koh dan Natsume sangat menyentuh hatiku. Karakternya tidak yang memaksa, aku terenyuh sekali ketika dia menerima penolakan Natsume dan menyetujui untuk sekadar menjadi teman. Dia adalah tipikal laki-laki baik setia.
Drowning love ini ternyata mengandung rape. Ada beberapa scene perasaanku dibuat sesak kala mendengar tangis Koh—yang jarang terjadi. Aku cukup berharap banyak untuk Koh bisa melindungi Natsume, selalu ada untuk gadis itu. Drowning love juga membawa alur tentang kutukan dan dewa. Ada beberapa bagian aku sangat tidak bisa mengerti alur film ini. Mengenai festival api, aku jadi tahu beberapa tentang tradisi Jepang. Satu yang cukup membuatku merasa film ini kurang adalah endingnya yang membuatku merasa harus menebak. Rasa-rasanya, Koh berhasil memurnikan kutukan, tapi aku agak bingung akan adegan di mana Kou hendak membunuh orang, bagaimana ending pastinya. Sejujurnya aku cukup paham, hanya saja aku mengherankan itu karena tidak menyangka. Overall, cerita ini visualnya bagus, aesthetic. Roman-nya dapat, tidak terlalu menye-menye.
Rate: 4/5
x Japan
Komentar
Posting Komentar